Teheran (ANTARA News/AFP) - Iran memvonis seorang wartawan reformis terkenal hukuman 16 bulan penjara atas tuduhan menghina Presiden Mahmoud Ahmadinejad dan mengganggu pemerintah Islam, katanya kepada AFP, Minggu. Mashallah Shamsolvaezin memimpin Perhimpunan Wartawan Iran dan bekerja sebagai redaktur sejumlah harian reformis yang ditutup pihak berwenang antara 1998 dan 2000.

"Saya dijatuhi hukuman satu tahun penjara atas tuduhan mengganggu pemerintah karena melakukan wawancara dengan kantor berita dan jaringan televisi asing," kata Shamsolvaezin.

"Saya juga dihukum empat bulan karena menyebut Ahmadinejad megalomaniak dalam wawancara dengan TV Al-Arabiya yang disalahtafsirkan para jaksa sebagai sinting dan karenanya menghina presiden," katanya.

Salah satu tuduhan yang disebutkan dalam putusan itu adalah "membela" dalam analisa Nazak Afshar, pegawai kedutaan besar Prancis di Teheran, yang dipenjara setelah kerusuhan pasca pemilihan umum Iran pada 2009, tambahnya.

Shamsolvaezin diadili pada Oktober dan memiliki waktu 20 hari untuk mengajukan banding.

Ia ditahan selama lebih dari dua bulan tahun lalu ketika Iran menindak para pengecam pemerintah setelah protes massal menentang pemilihan kembali Ahmadinejad.

Banyak aktivis, wartawan serta pengecam pemerintah dipenjarakan sejak pemilihan presiden yang dipersoalkan pada tahun lalu dan kerusuhan yang terjadi kemudian.

Lebih dari selusin penerbitan dan situs pro-reformasi juga ditutup sejak pemilihan presiden itu.

Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan umum Juni 2009 yang disengketakan itu.

Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden itu, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun.

Think about what you've read so far. Does it reinforce what you already know about mobil keluarga ideal terbaik indonesia? Or was there something completely new? What about the remaining paragraphs?

Dua calon presiden yang kalah, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparat keamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acara umum untuk turun ke jalan.

Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalam demonstrasi paling akhir pada 27 Desember, ketika ribuan pendukung oposisi melakukan pawai semacam itu.

Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalam penjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.

Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris dan Perancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosen universitas.

Sejauh ini sudah sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pasca pemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan sejumlah pihak.

Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Sejumlah pejabat Iran mengatakan bahwa 36 orang tewas selama kerusuhan itu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72. Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27 Desember, menurut data resmi. (M014/K004)