Bandung (ANTARA News) - Kehilangan indera penglihatan tidak mematikan semangat dan rasa percaya diri seorang pria paruh baya ini untuk menjalani hidup dan menjadi seorang manusia yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Itulah KH Aan Zuhana (67), Mantan Ketuan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI), yang juga dikenal sebagai seorang da'i serta motivator bagi kaum tunanetra.

"Dalam menjalani hidup, saya selalu memegang prinsip bahwa saya harus menjadi manusia yang bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk orang di sekitar saya juga," kata pria kelahiran Ciamis, 29 November Mei 1942 silam itu.

Meski tidak dapat melihat, semangatnya yang pantang menyerah membuat dia merasa bersyukur dengan keadaan fisik yang terbatas, namun memiliki cita-cita yang tinggi seperti orang usual yang bisa menggunakan indra penglihatannya.

Semangat serta prinsip hidup KH Aan Zuhana, ditularkannya kepada kaum tunanetra melalui kegiatan pengajian setiap satu minggu sekali.

"Setiap satu minggu sekali, saya selalu mengadakan pengajian rutinan di Jalan Hergamanah khusus untuk tunanetra," katanya.

Selain materi pengajian seperti pembahasan hadist dan AlQuran, dirinya juga menyisipkan materi motivasi hidup bagi kaum tunanetra.

Menurut dia, pengajian yang dilaksanakan oleh dirinya, dinilai sebagai ajang silaturahmi serta berbagi pengalaman hidup diantara sesama kaum tunanetra.

"Bisa berkumpul di pengajian tersebut merupakan kebahagian tersendiri bagi saya dan jamaah saya," ujarnya yang ditemui di kediamannya, di Jalan Trowulan IV Komplek Parmindo, Kota Cimahi.

Ia menilai, salah satu investasi yang tak ternilai di dalam hidupnya ialah jika kita mau berbagi ilmu dengan sesama.

"Saya percaya, bahwa dengan kita mau berbagai ilmu yang kita miliki kepada orang lain, itu merupakan sebuah investasi berharga dalam hidup," ujar bapak lima orang anak ini.

The best time to learn about tech is before you're in the thick of things. Wise readers will keep reading to earn some valuable tech experience while it's still free.

Dalam memberikan motivasi hidup kepada kaum tunanetra, KH Aan selalu menyertakan nilai-nilai agama di dalamnya.

"Islam selalu mengajarkan kebaikan kepada semua kaum, termasuk mereka (kaum tunanetra)," katanya.

Disadari oleh kaum tunanetra, kehadiran ITMI telah memberi dukungan yang cukup berarti bagi mereka.

"Kaum tunanetra memang memiliki keterbatasan, namun apakah dengan begitu lantas kami hanya diam saja. Padahal ilmu Islam wajib diketahui oleh setiap Muslim sebagai pedoman hidup," ujarnya.

Dirinya berharap, dengan adanya pembinaan yang diberikan bagi kaum tunanetra, mereka mampu memberi kontribusi dari apa dimiliki dalam kehidupan ini.

Hingga saat ini, dari 400 kaum tunananetra serta yang dibina oleh ITMI Jabar, ada mereka yang sudah terjun untuk berdakwah.

KH Aan mengakui bahwa salah satu kesulitan besar dalam hidup sebagai tunanetra adalah dalam menjemput rejeki dari Allah SWT.

Pada umumnya tunanetra di Indonesia bekerja sebagai pemijat. Namun, berkat pembinaan yang dilakukan oleh dirinya, beberapa orang tunanetra ada juga menjadi pengajar dan pekerjaan lain seperti pemusik, penyanyi, juru dakwah, bahkan pegawai negeri sipil (PNS).

Dirinya percaya bahwa dengan memaksimalkan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, termasuk kaum tunanetra, maka tantangan hidup bisa dilalui.

"Allah tidak pernah sia-sia dalam menciptakan mahkluknya, termasuk tunanetra. Saya yakin dengan memfaatkan apa yang kita punya dan bisa memaksimalkan potensi diri yang dimiliki, kita bisa melewati rintangan hidup. Itu yang saya tanamkan kepada anak didik saya,"

Dirinya berharap, kaum tunanetra di Indonesia bisa tetap menjaga rasa percaya dirinya meskipun memiliki keterbatasan.

"Saya ingin kaum tunanetra tetap percaya diri dan bukan tidak mungkin ke depannya jika kelak nanti orang 'melek' dituntut oleh kaum tunanetra," kata KH Aan.
(*)