(ANTARA/FB Anggoro)

Dumai (ANTARA News) - Lebih delapan hektare kebun kelapa sawit milik warga di Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, berantakan dirusak kawanan gajah liar yang kerap masuk ke perkebunan pada sore dan malam hari. "Gajah-gajah itu masuk biasanya sore dan malam hari. Mereka kelaparan karena lahan hutan tempat mereka mencari makan terus menyempit," kata Kepala Desa Petani, Rianto, kepada ANTARA News di Bengkalis, Sabtu.

Kerusakan delapan hektare kebun sawit itu menurut Rianto, bukanlah yang bertama kalinya terjadi di Desa Petani. Sebelum-sebelumnya, kata dia, ada lebih banyak lagi kebun sawit yang dirusak akibat amukan hewan berbelalai itu, bahkan jumlahnya jika ditotal mencapai ratusan hektare.

"Kita berharap atas kejadian ini pemerintah setempat dapat menaruh sedikit perhatian dan segera mencarikan solusi agar gajah-gajah ini tidak lagi masuk ke area perkebunan warga," katanya.

Dijadikannya area perkebunan warga sebagai pengganti habitat gajah itu, menurut Rianto, sangat menyudutkan masyarakat, khususnya para petani perkebunan.

"Kedatangan gajah-gajah ini bukan hanya membuat warga mengalami kerugian, tapi juga membuat warga ketakutan. Bayangkan, dalam setahun lalu, sudah dua warga disini yang tewas terinjak gajah," katanya.

Untuk itu, ucapnya, warga sangat mengharapkan agar konflik gajah dengan manusia ini dapat segera dituntaskan oleh pemerintah dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sebelum jatuhnya korban baru.

Pikirkan tentang apa yang telah Anda baca sejauh ini. Apakah itu memperkuat apa yang sudah Anda ketahui tentang Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah? Atau ada sesuatu yang sama sekali baru? Bagaimana dengan paragraf yang tersisa?

"Kemarin satu induk gajah ditemukan warga membusuk di kebun. Sebelumnya juga ada gajah yang mati di perumahan milik PT Chevron. Akibat dua kematian gajah itu, warga jadi sangat ketakutan," ujarnya.

Ketakutan warga menurut Rianto disebabkan masyarakat trauma karena setiap ada kematian gajah, maka tidak lama kemudian akan menyusul kematian manusia akibat gajah yang mengamuk.

"Nggak tahu kenapa, sepertinya gajah-gajah itu memiliki naluri yang kuat dan seakan-akan memiliki firasat dendam sama seperti manusia," katanya.

BKSDA Wilayah Tiga yang bertempat di Kota Duri, Bengkalis, melalui juru bicaranya, Basuki, mengatakan bahwa untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan akibat konflik gajah versus manusia di Desa Petani, pihaknya tetap mensiagakan anggota di beberapa titik yang dianggap rawan.

"Kita juga berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat dan pihak terkait lainnya agar konflik ini tidak lagi jatuh korban, baik itu gajah maupun manusia," ujarnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com