Surabaya (ANTARA News) Di tangan lima mahasiswa dari berbagai jurusan di Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITS Surabaya, jamur agaknya dapat menjadi lauk (ikan). "Jamur tiram itu dapat menjadi lauk pengganti ikan dan rasanya seperti daging atau bisa juga mirip crispy. Cocok bagi vegetarian," ucap anggota tim, Mahendra Ega Hiquitta.

Bagaimana caranya ?

"Jamur tiram itu cukup dicuci, lalu diiris atau disuwar-suwir sesuai keinginan kita. Hasilnya diberi bumbu yakni tepung, ketumbar, merica, dan garam," ungkapnya.

Ditemui ANTARA News di sela-sela pameran "Bulan Unjuk Prestasi" di Plasa dr Angka ITS Surabaya, ia mengemukakan, ada satu lagi bumbu yang dirahasiakan.

"Yang jelas, kami mengemas apa yang kami sebut Sego Njamoer (nasi berlauk jamur) itu dalam satu porsi nasi dengan harga Rp3.000,00 dengan jamur sebagai pengganti ikan yang rasanya kayak daging," tuturnya.

Ia mengaku dirinya mengembangkan Sego Njamoer bersama empat rekannya yakni Rizki Aris Y., Eko Nur Khafid, Ongga Limatsu, dan Ola Dwi Sandra.

"Karena itu, kami mengikutsertakan Sego Njamoer itu dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan," katamahasiswa Jurusan Teknik Fisika FTI itu.

Ia menambahkan pihaknya sengaja merancang Sego Ngjamoer yang cocok untuk kalangan mahasiswa yakni murah dan praktis, tapi bergizi.

"Semboyan kami adalah lezat dan nggak bikin kanker alias kantong kering, tapi jamur tiram yang kami jadikan lauk itu memang memiliki kandungan antitumor," katanya.

Bahkan, berbagai hasil penelitian menyebutkan jamur memiliki kandungan protein hingga 19-30 persen, karbohidrat 50-60 persen, asam amino, vitamin B1, B2, B3, B5, B7, C, mineral kalsium, besi, antitumor, dan antikolesterol.

Wiraswasta pasca-ITS

If you don't have accurate details regarding tech, then you might make a bad choice on the subject. Don't let that happen: keep reading.

Mahendra yang mahasiswa semester 4 itu bertekad untuk mengembangkan Sego Njamoer sebagai sarana berwiraswasta bersama keempat rekannya pasca-ITS (lulus).

"Kami sudah sempat menjualnya dalam pembukaan PIMITS (Pekan Ilmiah Mahasiswa ITS) di Gedung Robotika ITS Surabaya (25/4), ternyata nasi seharga Rp3.000,00 itu laku 160 porsi," ujarnya.

Sukses dalam PIMITS itu membuat mereka ingin membuka stan Sego Njamoer pada sejumlah kampus di Surabaya, kemudian mengembangkan ke mal.

"Kalau kami sudah lulus, kami akan membuka restoran khusus Sego Njamoer atau resto Sego Njamoer," tandasnya.

Bagaimana dengan bahan baku jamur tiram itu sendiri?!

Ega menegaskan bahwa tim Sego Njamoer sudah mendidik belasan santri di Pesantren Reodlotut Muttaqin, Jatirejo, Kabupaten Mojokerto untuk mengembangkan budidaya jamur tiram.

"Kami sudah mengajak para santri itu ke lokasi pembibitan jamur di Jampirogo, Sooko, Kabupaten Mojokerto. Untuk langkah awal, kami membeli 1.500 bibit jamur," katanya.

Dari 1.500 bibit tiram itu, katanya, dalam sehari mampu menghasilkan 6 hingga 7 kilogram jamur tiram dengan keuntungan murni Rp900.000 per hari.

"Kami berencana mengembangkan usaha dengan membeli bibit jamur lagi hingga menjadi 3.000 bibit jamur, apalagi harga bibit jamur hanya Rp2.000,00 per-baglog," tukasnya.

Selain dijual kepada tim mahasiswa ITS, Ega menyatakan para santri dapat menjualnya kepada tengkulak atau menjual langsung kepada masyarakat.

"Kalau dijual kepada tengkulak, harganya Rp8.000,00 perkilogram, sedangkan bila dijual sendiri secara langsung bernilai Rp10.000,00. Kalau dijual ke Surabaya bisa menjadi Rp15.000,00 hingga Rp25.000,00 perkilogram," ujarnya.

Lebih dari itu, kelima mahasiswa ITS dari tim Sego Njamoer itu mengajarkan pentingnya penelitian untuk diaplikasikan menjadi langkah wirausaha bagi dirinya dan masyarakat.
(EMY/P003)