Jakarta (ANTARA News) - Mantan Menpora Adhiyaksa Dault kini sangat lancar berbicara masalah lingkungan hidup, masalah yang cukup jauh dari yang ditanganinya sewaktu masih menjadi menteri atau ketua umum Komite Nasional Pemuda Indonesia. Kini, ia selalu membuat acara yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Pada saat Hari Air, 22 Maret, ia melakukan diskusi serta melakukan aksi simpati untuk menjaga sumber daya air di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta..

Pada Jumat (23/4), dalam rangka memperingati Hari Bumi, ia pun melakukan diskusi "Kita Peduli Bumi" di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cianjur, Jawa Barat.

Acara itu dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup Gusti M Hatta, anggota Wantimpres Meutia Hatta, pecinta alam senior Herman Lantang, selebritis indonesia Olivia Zalianti, pencinta alam dari berbagai perguruan tinggi dan komunitas pecinta lingkungan lainnya.

Kecintaan Adhyaksa kepada lingkungan tersebut tidak aneh karena 27 Februari informasi beasiswa gratis 2010 ia menjadi Ketua Umum Vanaprsatha, organisasi bagi pegiat linkungan yang berdiri sejak 1976.

Oleh sebab itu, pada diskusi Hari Bumi tersebut, ia menyajikan makalah yang penuh dengan data kerusakan lingkungan dan dampaknya.

You may not consider everything you just read to be crucial information about tech. But don't be surprised if you find yourself recalling and using this very information in the next few days.

Penyajian Adhyaksa mungkin tidak kalah menariknya dibanding Menteri LH.Pada kesempatan itu Adhyaksa mengingatkan bahaya pemanasan global. Ia mengatakan saat ini temperatur dunia lowongan kerja terbaru lebih panas 0,5 derajat Celcius dibanding abad lalu.

"Jika terjadi peningkatan 4,5 derajat pada akhir abad ini, maka bencana menghantam bumi," kata pria yang suka naik gunung sejak SMP ini.

Ia mengatakan, dampak paling langsung dari pemanasan global adalah mencairnya es di kutub.

"Ini mengancam negara-negara kepulauan kepulauan kecil di Pasifik. Sejumlah pulau kecil di berita indonesia terbaru juga diprediksi akan lenyap," katanya.

Ia mengatakan, kenaikan suhu air laut juga mempengaruhi ekosistem. Hasil penelitian Ove Hoegh-Guldberg yang dipublikasikan di Jurnal Science edisi Desember 2007 meramalkan bahwa pemanasan global pada 2050 akan mendegradasi 98 persen terumbu karang dan 50 persen biota laut.

"Barangkali nantinya di berita indonesia terbaru kita tak akan lagi menikmati lobster, cumi-cumi dan rajungan," kata Adhyaksa yang meraih doktor bidang perikanan dari IPB tersebut.
(U002/A011)